Sunday 9 November 2014

Pro & Kontra Tanpa Provokasi!

Bhineka Tunggal Ika - Pro & Kontra Tanpa Provokasi!
 
 
Dengan begitu banyaknya informasi yang kita terima dalam waktu yang sangat singkat dan bersamaan saat ini karena semua informasi sekarang ada di ujung jari kita dengan smart phone didukung jaringan internet unlimited dengan harga promo yang tak pernah berhenti menggoda setiap penggunanya tanpa disadari kita hampir benar-benar menggenggam dunia dengan tehnologi.
 
Namun sayang sekali karena menurut saya (rasanya) ada pembelajaran yang terlupakan untuk juga tetap diajarkan dan diingatkan terus menerus kepada orang Indonesia yaitu Bhineka Tunggal Ika - Pro & Kontra Tanpa Provokasi.

Kelihatannya klise tapi menurut saya ini penting. 
 
Terus terang saya agak terganggu kalau ada komentar-komentar miring menjurus menghina hanya karena berbeda, yang paling antik justru karena yang mengeluarkan komentar ini adalah teman-teman yang justru pendidikannya tinggi.  Nah loh deh.... apa jadinya anak-anak penerus bangsa kalau yang dicontoh adalah orang-orang tua yang hebat dengan pendidikan tinggi tapi kata-kata yang keluar dari mulut dan pikirannya atau tulisannya justru yang negatif. Sayang...... nggak kebayang......
 
Flash back ke masa SD dulu ketika belajar mengenai Bhineka Tunggal Ika tapi untuk mempermudah saya mengutip dari mbah Wiki(pedia) buat teman-teman yang mungkin sudah mulai lupa dengan artinya.

Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
Diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Kalimat ini merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu kakawin Sutasoma, karangan Mpu Tantular semasa kerajaan Majapahit sekitar abad ke-14.



Kebayang ya, sudah sejak abad ke-14 orang Indonesia itu berbudaya dan beradab tapi masa iya sesampainya kita di abad ke-20 malah kita kembali seperti jaman purbakala? hidup di kota tapi hukum rimba berlaku, siapa kuat dia menang, siapa lemah dia tertindas.
 
Ibu saya selalu bilang "anak kembar yang lahir dari satu rahim seorang Ibu saja bisa berbeda apalagi yang suku, ras, latar belakangnya berbeda..." makin runyamlah kita kalau yang ditonjolkan justru perbedaannya bukan ke-satu-annya.
 
Beda itu biasa, normal, wajar dan natural.  Tidak ada yang salah dengan hal ini, yang salah adalah respon orang Indonesia yang sangat ekspresif dan reaktif.  Namun penting untuk diingat bahwa respon yang negatif dan provokatif tidak bisa menyelesaikan masalah atau setidaknya membantu untuk tidak menimbulkan masalah baru....
 
Mulai sekarang, kelola dengan baik informasi yang masuk dipikiran kita, pilah dan pilih dengan seksama sebelum kemudian kita memutuskan untuk memberikan komentar.  Jangan ada provokasi diantara kita.

Salam Bhineka Tunggal Ika - Pro & Kontra Tanpa Provokasi!

No comments:

Post a Comment